Sabtu 15 Mar 2025

Notification

×
Sabtu, 15 Mar 2025

Iklan

Iklan

Iklan 728x90

"aksi tolak UKT" berujung ricuh di sosial media

Jumat, 03 Juli 2020 | Juli 03, 2020 WIB | 0 Views Last Updated 2025-02-06T01:48:31Z



"aksi tolak UKT" berujung 'ricuh' di sosial media

fill-O.blog.spot Kehebohan atas munculnya sebuah postingan di salah satu media online yang yang membuat 'judul dan isi yang kontroversi' tentang aksi mahasiswa IAIN Padangsidimpuan untuk menolak UKT terus berlanjut di Media Sosial. Hingga informasi ini diterbitkan perbincangan dan pembahasan mengenai uang kuliah tunggal yang katanya mendapatkan potongan diskon 10% yang ditolak oleh mahasiswa IAIN Padangsidimpuan masih menjadi pembahasan yang hangat. Tidak hanya sampai disitu, media yang berbasis di kabupaten Padang lawas Utara tersebut juga menerbitkan berita terkait klarifikasi oleh presiden eksekutif mahasiswayaitu Rusdi Abadi Siregar yang dalam tulisan tersebut menyampaikan hal yang sangat membingungkan yaitu perihal pencarian informan terhadap aksi tolak UKT harus bertanggung jawab atas informasi yang ia berikan kepada media online dengan inisial MTNEWS tersebut. Melalui wawancara yang dilakukan oleh penulis kepada presiden mahasiswa IAIN Padangsidimpuan, Rusdi Abadi Siregar dan terhadap apa yang penulis baca sesungguhnya terjadi perbedaan pendapat.

Dalam berita tentang 'tolak UKT' yang diterbitkan oleh media itu menyebutkan bahwa sejumlah mahasiswa melakukan aksi pemasangan spanduk tolak UKT. Bahkan pada foto berita tersebut terlihat spanduk 'tolak UKT' dipasang di kampus IAIN Padangsidimpuan. Seterusnya pada postingan kedua media online itu menyebutkan bahwa Rusdi Abadi Siregar menelepon salah seorang jurnalis yang bekerja pada media online tersebut menanyakan keberadaan dan informasi terkait identitas informan yang memberikan informasi tentang aksi tolak yang dilakukan di IAIN Padangsidimpuan dan dan perlu menanyakan identitas informan tersebut karena apabila tidak didapatkan datanya maka mereka akan diintimidasi dan ditekan. demikian yang dituliskan oleh media MTnews.

Sementara lain penulis melakukan wawancara langsung dan berdiskusi bersama Rusdi Abadi Siregar bahwa tidak ada didapatkan Bukti berlangsungnya aksi gelar tolak UKT yang dilakukan di kampus IAIN Padangsidimpuan. Ia juga menyampaikan bahwa adalah benar ia telah menelepon salah satu jurnalis MTnews dan menanyakan tentang data informan. Karena menurutnya, sebagai Presiden Mahasiswa di Kampus IAIN Padangsidimpuan, ia wajib tahu tentang kebenaran Info tersebut dan Biodata Informan.
 
Di sinilah terjadi kesenjangan ataupun mis-informasi antara Rusdi Abadi Siregar dan salah satu jurnalis dari MTnews, bahwa MTnews menulis kan kalimat 'tertekan dan akan diintimidasi  oleh pihak kampus atau rektorat apabila tidak menemukan data informan memberikan informasi' adalah "hoax". Karena berdasarkan penjelasannya Rusdi Abadi tidak sedikit pun merasa tertekan dan terintimidasi sehingga harus mencari biodata informan, ia hanya menanyakan data informan dimaksud untuk pertanggungjawaban Rusdi sebagai Presma, dan sudah merupakan wewenang Presma untuk mengetahui aksi Mahasiswa yang di wilayah kerjanya. Rusdi menegaskan bahwa jurnalis MTnews tersebut 'seperti sengaja' membuat informasi palsu pada berita nya

Pasca berita tentang Rusdi mencari Informan, jurnalis yang berbicara dengannya ditelepon kembali oleh Rusdi namun tidak di angkat bahkan tak dijawab. Karena merasa petikan percakapan tidak sesuai dengan sebenarnya yg diterbitkan oleh MTnews itu, Rusdi kembali mencoba menghubungi sang jurnalis melalui chat aplikasi WhatsApp. Rusdi menyampaikan kekecewaan terhadap isi berita yang seperti diselewengkan dari hasil pembicaraan aslinya.

Berita itu pun kian merebak di kalangan netizen dan mahasiswa begitu juga petinggi ataupun rektorat IAIN Padangsidimpuan. Sangat disayangkan ternyata aksi yang mengatasnamakan mahasiswa itu sebenarnya aksi rekayasa belaka. Entah apa maksud dan tujuan dari sejumlah mahasiswa yang mengatasnamakan perjuangan Tolak UKT.
Intinya, Rusdi menyayangkan atas terbitnya berita percakapan nya dengan Jurnalis MitaNews itu, dan menyatakan bahwa berita tersebut hoax. Meskipun sebenarnya ada benarnya dari berita tersebut tapi setidaknya sebuah berita haruslah menjunjung tinggi etika pers dan kode etik pers yaitu tidak mencampur baurkan antara asumsi dan fakta, bukan hanya untuk media news, bahkan sekelas media infotainment saja harus taat kode etik dan junjung tinggi etika profesi pers. (Erw).
Iklan 728x90
×
Fiksi Fillo Baru KLIK