Notification

×

Iklan

Iklan

Iklan 728x90
Iklan 728x90

KKL-DR 2020 'NGAWUR'

Rabu, 15 Juli 2020 | Juli 15, 2020 WIB | 0 Views Last Updated 2025-02-06T01:48:06Z



Fill-O.blogspot.com - Ada yang aneh dari KKL tahun 2020 ini. Akibat pandemi Corona semua serba online. tapi tidak semua hal bisa serba online. ada hal-hal yang urgent harus di online kan ada pula hal-hal yang tidak layak untuk di online kan. Misalnya KKL ini. KKL salah satu perwujudan dari Tri dharma perguruan tinggi, seharusnya diaplikasikan langsung kepada masyarakat dan ini adalah pengejawantahan pengabdian kepada masyarakat. Tapi akhir-akhir ini para kaum akademisi mulai ngawur. Adaptasi yang berlebihan dan sensitifitas terhadap teknologi agar tidak gagap berujung pada kengawuran. Ada kuliah kerja lapangan tapi dilakukan secara online, kemudian laporannya dibuktikan dengan liputan berupa video yang diunggah di kanal YouTube Instagram blogger Facebook dan sosial media lainnya.

Sejauh ini penulis mengerti bahwa tujuan dari KKL dari rumah  ini adalah menstimulus para mahasiswa untuk aktif memaksimalkan kemampuannya dan eksis di persaingan teknologi. Penulis juga paham bahwa panitia pelaksana KKL tahun ini di berbagai perguruan tinggi tidak ingin melakukan penundaan, karena jika pun ditunda maka akan terjadi pelonjakan peserta tahun selanjutnya.

Sebenarnya tidak ada yang salah pada KKL dari rumah tahun ini. Tapi banyak kejanggalan terhadap pelaksanaan bahkan outputnya terkesan ngawur dan mengada-ngada. Bukan berarti karena pandemi Corona yang menganjurkan kerja dari rumah maka segala aktifitas di online kan. Perlu kajian yang mendalam untuk pengamalan KKL di tahun COVID-19 ini.

Saya tidak bermaksud untuk mengatakan bahwa instansi atau kampus bahkan panitia pelaksana KKL dari rumah ini tidak melakukan kajian yang mendalam terhadap pandemi ini, tapi atas keputusan mereka terkait KKL dari rumah ini memberikan sebuah kesan yang tidak profesional terhadap kinerja mereka.

Penulis sudah mengkaji dan membaca berulang-ulang buku panduan dan pedoman mahasiswa peserta KKN dari rumah salah satu  perguruan tinggi di kota Padang Sidempuan tahun 2020 ini. Ada yang aneh pada buku pedoman tersebut. Beberapa diantaranya: program kerja mahasiswa KKL, bentuk laporan kerja harian dan kelompok mahasiswa KKL, dan yang paling ngawur dan paling aneh sejagat raya adalah sistem penilaian KKL.

Kita bahas satu-satu jangan ada yang panas matanya.
Apapun bentuk teknis dan lapangan dari Program kerja KKL sebenarnya adalah bertujuan untuk mengabdikan diri kepada masyarakat. Pertanyaannya adalah bagaimana bisa seseorang ingin mengabdi kepada masyarakat melakukan kegiatan ataupun bekerja untuk masyarakat tapi dilakukan hanya dari rumah? sampai di sini saya masih belum paham maksud dari kerja lapangan tapi dari rumah. Selanjutnya bentuk laporan kerja harian dan kelompok para mahasiswa KKL dibuktikan dengan rekaman video kegiatan, poster poster kegiatan, yang diunggah di YouTube, blogger, website, Instagram atau Facebook. Pertanyaannya adalah bagaimana panitia pelaksana KKL dari rumah ini menilai keberhasilan program mahasiswa KKL hanya dari sebuah unggahan video? apakah kegiatan tersebut benar-benar ada atau hanya sekedar momentum atau bahkan siluman? Penulis yakin 100% pada KKL dari rumah ini akan banyak terjadi moral Hazard pembohongan kegiatan dan lain-lain sebagainya. Kemudian yang paling menggelegar di abad milenium ini, baru pertama kali sistem penilaian KKL beda dari masa Plato menjadi profesor hingga masa ibu-ibu zaman now main tiktok, yaitu sistem penilaian berdasarkan subscribe like dan share postingan video mahasiswa KKL. ini adalah kengawuran tingkat tinggi yang pernah dilakukan oleh kaum akademisi di institusi ataupun universitas di Indonesia. Misalnya di Padangsidimpuan, sebuah perguruan tinggi negeri Islam yang saat ini sedang melaksanakan program KKL dari rumah seolah menggiring mahasiswanya untuk memohon subscribe like dan share atas postingan video mereka. Penulis pikir ini adalah satu hal yang sangat memalukan bagi kaum intelektual untuk 'mengemis' nilai. 

Jika nilai KKL dari rumah ini di akumulasi salah satunya dari subscribe like dan share, artinya ini tidak tepat sasaran. Kepada siapa program tersebut dilakukan? Siapa orang yang men subscribe like dan share? bagaimana mengukur keberhasilan program mahasiswa KKL dengan jumlah subscribe like dan share mereka? Nah inilah kengawuran yang bikin dongkol.

Baiklah, terhadap semua kritikan di atas, penulis mencoba memberikan saran agar kritikan tersebut tidak terkesan mencaci, penulis mencoba lebih netral dan profesional untuk menyikapi KKL dari rumah ini.

1. Jika KKL tidak bisa ditunda, maka boleh dilakukan KKL dari rumah, tapi mahasiswa KKL diberikan 1 tugas untuk melakukan program kemasyarakatan selama periode KKL. PROGRAM TERSEBUT BISA BERBENTUK ESSAY TENTANG KEHIDUPAN MASYARAKAT BERIKUT DENGAN SURVEI KECIL-KECILAN ATAU RISET ATAU EKSPERIMEN.

2. Laporan hasil kegiatan dibuat dalam bentuk video, soft copy, dan print out. Diserahkan kepada panitia pelaksana KKL. Jika memang panpel KKL dari rumah ngotot untuk meng unggah ke kanal YouTube, maka jangan dibebankan kepada mahasiswa peserta KKL, SILAKAN PANITIA MEMBUAT AKUN YOUTUBE TERSENDIRI DAN MENGUPLOAD SEMUA VIDEO KEGIATAN MAHASISWA PESERTA KKL.

3. SISTEM PENILAIAN SEHARUSNYA TIDAK ADA SANGKUT PAUTNYA DENGAN SUBSCRIBE LIKE DAN SHARE. TIDAK ADA INDIKATOR YANG BERHUBUNGAN ANTARA PROGRAM KERJA DENGAN SUBSCRIBE LIKE DAN SHARE. TETAP NILAI DIBERIKAN OLEH DOSEN PAMONG SERTA PANITIA PELAKSANA DAN JUGA KEPALA DESATETAP NILAI DIBERIKAN OLEH DOSEN PAMONG SERTA PANITIA PELAKSANA DAN JUGA KEPALA DESA ATAU LURAH TEMPAT MAHASISWA KKL.

Semoga tulisan ini bisa menambah wawasan para pembaca. jadilah mahasiswa yang kritis. Mungkin wacana KKL-DR ini masih perlu didiskusikan secara kontinyu dan berkesinambungan.

Jika Anda suka dgn Tulisan ini, silahkan share.
Jika ada yang perlu diperbaiki, maka sampai kan pada kolom komentar.
Iklan 728x90
×
Fiksi Fillo Baru KLIK