Notification

×

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Kita Bertemu di Mimpi

Selasa, 11 Februari 2025 | Februari 11, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-02-28T14:52:23Z

Cerita Pendek

Kita Bertemu di Mimpi

oleh Erwinsyah Putra

Malam itu, Adrian bermimpi lagi.

Ia berada di taman yang selalu sama—sebuah taman kecil di atas bukit, diterangi lampu-lampu gantung yang berpendar lembut. Di seberang meja kayu di depannya, duduk seorang wanita dengan rambut hitam panjang yang tertiup angin. Matanya hangat, penuh cahaya, dan senyumnya... selalu terasa familiar.

Promo Diskon 50%

Promo Diskon 50%! Klik gambar di atas untuk mendapatkan diskon spesial.

"Apa kau tahu kita selalu bertemu di sini?" wanita itu bertanya, suaranya lembut seperti alunan musik malam.

Adrian tersenyum kecil. "Tentu saja. Aku bahkan hafal bagaimana angin selalu berembus saat kau tertawa."

Wanita itu tertawa pelan, lalu menyandarkan dagunya di atas tangan. "Kau pikir ini nyata?"

"Aku ingin ini nyata," gumam Adrian. "Karena aku merasa seperti telah mengenalmu sejak lama."

Wanita itu diam sejenak, seakan ingin mengatakan sesuatu. Tapi seperti biasa, sebelum ia sempat membuka mulutnya lagi—segala sesuatu di sekitar mereka memudar.

Dan Adrian terbangun.

***
Adrian masih bisa merasakan bayangan tawa wanita itu saat ia duduk di sebuah kafe kecil di sudut kota. Ia memesan kopi hitam seperti biasa, membolak-balik layar ponselnya, lalu menoleh ke arah jendela.

Kemudian, ia melihatnya.

Wanita itu.

Ia berdiri di depan kafe, mengenakan sweater abu-abu dan celana jeans sederhana. Rambut panjangnya terurai seperti dalam mimpinya, dan ekspresinya terlihat canggung, seakan ia tidak yakin apakah harus masuk atau tidak.

Jantung Adrian berdegup kencang.

Tanpa sadar, ia berdiri dari kursinya.

Dan saat wanita itu melangkah masuk, mata mereka bertemu.

Hening.

Wanita itu menatap Adrian dengan ekspresi terkejut, seperti baru saja melihat hantu. Kemudian, dengan suara nyaris berbisik, ia berkata:

"Kita... pernah bertemu di suatu tempat, bukan?"

Adrian menelan ludah, merasakan debar yang aneh di dadanya. "Tidak hanya satu tempat... tapi di banyak malam."

Wanita itu mengerjap, bibirnya sedikit terbuka. "Kau juga mengingatnya?"

Adrian mengangguk.

Mereka berdiri di sana, saling menatap, mencoba memahami apa yang baru saja terjadi. Dunia di sekitar mereka terasa melambat, seakan hanya ada mereka berdua.

"Aku Adrian," katanya akhirnya.

Wanita itu tersenyum samar. "Alya."

Seperti ada sesuatu yang meledak pelan di dalam hati Adrian. Nama itu... terasa begitu familiar.

***

Mereka menghabiskan waktu berjam-jam duduk di kafe itu, berbicara tentang mimpi-mimpi mereka. Setiap detail yang mereka ceritakan persis sama—taman di atas bukit, lampu-lampu yang berpendar, bahkan percakapan yang mereka lakukan.

"Ini gila," gumam Alya sambil memijat pelipisnya. "Bagaimana bisa kita bermimpi hal yang sama? Seperti... mimpi bersama?"

"Aku juga tidak tahu," kata Adrian. "Tapi aku merasa ada alasan kenapa ini terjadi."

Alya menatap lurus ke dalam mata Adrian. "Mungkinkah... kita saling mengenal di kehidupan lain?"

Jantung Adrian berdegup kencang.

Sesuatu dalam dirinya mengatakan bahwa perasaan ini bukan sekadar kebetulan. Bahwa ada sesuatu—entah apa—yang menghubungkan mereka di luar batas ruang dan waktu.

Lalu tiba-tiba, Alya merasakan sesuatu yang aneh di kepalanya. Pandangannya berputar, dadanya sesak.

"Alya?" Adrian panik melihat wajahnya yang mendadak pucat.

Alya memejamkan matanya sejenak, lalu berkata dengan suara bergetar.

"Aku... aku ingat sesuatu."

Adrian menunggu, jantungnya berdebar keras.

Alya membuka mata, dan tatapannya dipenuhi ketakutan.

"Aku ingat bagaimana aku... mati."

***

Alya terengah-engah, keringat dingin mengalir di pelipisnya.

"Aku tidak tahu kenapa aku baru mengingatnya sekarang... tapi aku yakin kita pernah hidup sebelumnya, Adrian."

Adrian merasakan tubuhnya menegang. "Apa maksudmu?"

Alya menggigit bibirnya, lalu berbisik:

"Dalam kehidupan sebelumnya... aku meninggal karena kecelakaan. Dan kau..." ia menatap Adrian dengan tatapan penuh emosi.

"Kau yang mencoba menyelamatkanku, tapi kau juga ikut mati."

Adrian membeku.

Sekelebat ingatan yang aneh melintas di kepalanya. Ia melihat hujan deras. Cahaya lampu mobil. Tangannya yang berusaha menggapai seseorang. Lalu suara benturan keras.

Dan kemudian... kegelapan.

"Aku ingat," bisik Adrian.

Mereka saling menatap, napas mereka memburu.

Mungkinkah... mereka memang ditakdirkan untuk bertemu lagi?

Atau ini adalah peringatan bahwa sejarah akan terulang?

***

Adrian menggenggam tangan Alya, menatapnya dalam-dalam.

Promo Diskon 50%

Promo Diskon 50%! Klik gambar di atas untuk mendapatkan diskon spesial.

"Kita harus mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi pada kita."

Alya mengangguk, meskipun dalam hatinya ada ketakutan yang sulit dijelaskan.

Di luar kafe, langit mendung mulai menggantung.

Dan entah kenapa, mereka berdua merasakan firasat buruk.

Seakan waktu sedang menghitung mundur.

Sampai kapan mereka bisa tetap bersama... sebelum sesuatu memisahkan mereka lagi?

×
Fiksi Fillo Baru KLIK