Notification

×

Iklan

Iklan

Iklan 728x90

Lady Cartine, Shekar Dion, and Princess Maia

Selasa, 11 Februari 2025 | Februari 11, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-02-28T14:54:07Z

 


Cerita Sambung

Prithvi Hamare Hai

Episode 8: Lady Cartine, Shekar Dion, and Princess Maia

oleh Erwinsyah Putra

("Bumi adalah Milik Kita")

Bumi bergetar. Di langitnya yang redup, armada dari Mars dan Sabuk Asteroid melintasi atmosfer, membawa pesan terakhir bagi Patriark dan pendukungnya: "Hari-hari kalian telah berakhir."

Di setiap layar, di setiap kanal komunikasi antarplanet, suara Lady Cartine bergema, lembut namun penuh daya.

"Kita bukan penjajah. Kita adalah putra dan putri tata surya ini. Kita tidak akan lagi tunduk pada aturan yang menghancurkan Bumi dan membakar masa depan kita. Prithvi hamare hai—Bumi adalah milik kita semua, bukan milik segelintir penguasa yang haus kekuasaan!"

***

Promo Diskon 50%

Promo Diskon 50%! Klik gambar di atas untuk mendapatkan diskon spesial.

Pasukan pemberontak menguasai sebagian besar Sabuk Asteroid, Mars, dan Europa. Namun, Patriark Bumi—meski melemah—belum menyerah. Mereka mengerahkan segala kekuatan yang tersisa, bersiap mempertahankan Bumi dengan cara apa pun.

Di Orbital Station Elysium, markas aliansi revolusioner, Lady Cartine, Shekar Dion, dan Princess Maia berkumpul dalam ruang taktis holografis. Cahaya peta perang memantulkan wajah-wajah penuh tekad.

"Ini adalah kesempatan terakhir kita," kata Cartine tegas. "Jika kita berhasil merebut Prithvi City, pusat kendali Patriark akan runtuh. Tapi kita harus bergerak cepat."

Shekar mengangguk. "Pasukan Mars siap. Armada kita akan tiba dalam waktu 12 jam. Tapi serangan ini tidak akan mudah. Mereka tahu kita akan datang."

Maia menambahkan, "Jika kita gagal, mereka akan memburu kita hingga ke ujung tata surya. Tapi jika kita menang... dunia akan berubah selamanya."

***

Langit Bumi membara. Pesawat tempur melesat melintasi cakrawala, sementara unit-unit pemberontak dari Sabuk Asteroid mendarat di permukaan, menggempur benteng pertahanan terakhir.

Di Prithvi City, kota yang dulunya simbol peradaban, kini berubah menjadi medan pertempuran. Jalanan penuh puing-puing, menara-menara kaca runtuh, dan asap hitam mengepul ke langit.

Lady Cartine, dalam armor tempur ringan berwarna perak, memimpin langsung dari garis depan. "Maju! Jangan biarkan mereka kembali menguasai kita!" teriaknya, suaranya menusuk bising pertempuran.

Di sisi lain, Patriark mengerahkan drone tempur dan tentara elit terakhir mereka. Kota itu menjadi ladang api, pertempuran berlangsung dari atap ke atap, dari lorong bawah tanah hingga gedung-gedung pemerintahan.

***

Di puncak pertempuran, Lady Cartine, Shekar, dan Maia berhasil menembus Menara Solaris, markas terakhir Patriark. Namun, di dalamnya, mereka disergap oleh pasukan khusus yang telah menunggu.

"Ini jebakan!" teriak Maia, menangkis tembakan dengan perisai energinya.

Shekar melindungi Cartine, tetapi jumlah musuh terlalu banyak.

"Kita tidak bisa mati di sini!" Cartine berseru, menyalakan granat EMP dan melemparkannya ke tengah ruangan. Ledakan energi mematikan semua sistem elektronik, termasuk senjata musuh.

"Kita harus menyelesaikan ini sekarang!" kata Cartine. "Kita ambil alih pusat kendali dan matikan pertahanan kota!"

***

Setelah pertarungan sengit, Patriark akhirnya menyerah. Pasukan pemberontak mengambil alih pusat pemerintahan, dan Prithvi City jatuh.

Namun kemenangan itu datang dengan harga mahal. Ribuan nyawa hilang, dan Bumi yang mereka rebutkan kini hampir tak dapat dikenali.

Di balkon Menara Solaris, Lady Cartine menatap reruntuhan kota dengan mata penuh air mata. Shekar berdiri di sampingnya, diam.

"Kita menang," katanya pelan.

"Tapi lihat sekeliling kita," Cartine berbisik. "Ini bukan kemenangan yang aku bayangkan."

Maia bergabung dengan mereka, menatap cakrawala yang terbakar. "Kita punya kesempatan untuk membangun ulang segalanya, Cartine. Bukan hanya Bumi, tetapi seluruh tata surya."

Cartine mengangguk perlahan, menghapus air mata dari wajahnya. "Kita akan melakukannya bersama. Dunia baru yang adil, tanpa tirani, tanpa ketakutan. Prithvi hamare hai."

***

Di pusat pemerintahan Sabuk, ruang konferensi Ceres Prime dipenuhi ketegangan yang menggantung di udara. Cahaya biru redup dari panel-panel energi menyinari meja panjang, tempat para pemimpin tata surya duduk berhadapan. Lady Cartine berdiri di ujung meja, jubahnya yang biru gelap menjuntai anggun, matanya tajam memindai wajah-wajah di depannya—sekutu dan rival yang kini harus dipersatukan demi masa depan.

"Kita tidak bisa mengulangi kesalahan masa lalu," kata Cartine dengan suara yang tenang namun berwibawa. "Perang ini telah mengajarkan kita banyak hal. Jika kita tidak segera membuat kesepakatan yang jelas, ketidakstabilan akan terus membayangi kita. Tidak ada yang bisa menang di tengah kekacauan itu."

Shekar Dion dari Mars, duduk dengan kedua tangan terlipat di dadanya, menatap Cartine tanpa tergesa-gesa. "Kami di Mars sudah lama hidup dalam demokrasi terbuka," ujarnya. "Setiap planet seharusnya memiliki kebebasan yang sama. Kita tidak butuh satu kekuatan yang mendominasi."

Di sisi lain meja, Vasha Talyn, pemimpin Sabuk Asteroid, menyandarkan tubuhnya ke kursi. Matanya yang tajam berkilat saat ia menyela. "Kebebasan terdengar manis, Shekar. Tapi kami di Sabuk telah bekerja keras hanya untuk tetap hidup, sementara kalian di Mars menikmati demokrasi kalian. Kami tidak ingin janji-janji kosong. Apa jaminan bahwa Sabuk tidak akan kembali menjadi roda penggerak yang terlupakan?"

Cartine melangkah ke tengah ruangan, pandangannya lurus ke arah Vasha. "Itu sebabnya Sabuk harus berdiri sendiri," katanya mantap. "Kalian akan membentuk aliansi kalian sendiri. Sabuk akan menjadi kekuatan independen—bebas berdagang dan bekerja sama dengan siapa pun, tanpa kontrol dari Bumi atau planet mana pun. Tidak akan ada lagi rantai yang mengekang kalian."

Sejenak, keheningan menguasai ruangan. Kata-kata itu menggantung berat, seperti batu yang dilemparkan ke dalam air tenang.

Vasha tersenyum tipis. "Independen, ya? Jadi kita akhirnya bisa mengatur hidup kita sendiri?"

"Lebih dari itu," tambah Cartine, suaranya lebih hangat. "Kalian akan menjadi penghubung vital bagi seluruh tata surya. Gandum yang tumbuh di Sabuk adalah fondasi kehidupan di planet-planet luar. Kalian bukan sekadar buruh tambang lagi. Kalian akan menjadi pusat peradaban baru."

Shekar mengangguk perlahan, lalu menambahkan, "Dan kami di Mars akan mendukung itu. Tapi ada satu hal yang perlu disepakati. Planet-planet luar, terutama Jupiter dan Saturnus, harus berada di bawah aliansi damai. Kita tidak bisa lagi melihat mereka terisolasi."

"Itu sudah dipikirkan," jawab Cartine, pandangannya beralih ke Princess Maia yang duduk dengan tenang di sisi meja. "Planet luar akan membentuk Aliansi Exo-Planet. Kesepahaman ini akan menjamin perdamaian dan kesejahteraan di seluruh tata surya. Kecuali satu..."

"Pluto," potong Maia, suaranya dingin namun tegas. "Biarkan Pluto tetap menjadi penjara bagi mereka yang mengancam keseimbangan kita."

Kata-kata itu membuat semua orang terdiam sejenak, menyadari betapa beratnya keputusan tersebut.

"Pluto akan tetap menjadi tempat bagi mereka yang melanggar kesepakatan ini," lanjut Cartine. "Tapi kita harus memastikan, tidak ada yang dipenjara tanpa alasan yang jelas dan hukum yang adil."

Vasha menatap Cartine lekat-lekat. "Ini langkah besar. Jika kita benar-benar menyatukan semua ini, maka tidak akan ada lagi perang antarplanet. Hanya kemajuan."

Promo Diskon 50%

Promo Diskon 50%! Klik gambar di atas untuk mendapatkan diskon spesial.

"Itulah yang kita perjuangkan," kata Cartine sambil tersenyum tipis, tatapannya penuh keyakinan. "Sebuah tatanan baru. Dunia yang lebih baik—di mana setiap planet memiliki masa depan yang mereka pilih sendiri."

Ruangan itu terasa lebih ringan, seolah napas panjang diembuskan serentak. Para pemimpin yang tadinya tegang mulai saling pandang dan mengangguk. Kesepakatan telah tercapai, dan fajar baru bagi tata surya pun dimulai.

Iklan 728x90
×
Fiksi Fillo Baru KLIK