Notification

×

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Menulis ala Fillo Part 2

Selasa, 11 Februari 2025 | Februari 11, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-02-28T14:50:40Z



Sobat Fillo, Mari Menulis dengan Gaya Kita!

Sobat Fillo, selamat datang kembali!

Kita sudah membahas tiga poin penting dalam menulis di bagian pertama. Sekarang, mari kita lanjutkan dengan tiga poin berikutnya yang akan semakin memperkuat keterampilan menulis kita.

4. Bangun Karakter yang Hidup

Karakter yang kuat adalah jantung dari cerita. Pembaca harus bisa merasakan emosi, memahami motivasi, dan melihat karakter seolah-olah mereka benar-benar hidup. Salah satu cara efektif adalah dengan "show, don’t tell." Artinya, daripada hanya mengatakan bahwa seorang tokoh sedih, tunjukkan melalui tindakan dan dialog.

Contoh: Daripada menulis: Bima merasa sedih karena kehilangan ayahnya. Lebih kuat jika ditulis: Bima menatap bingkai foto ayahnya yang berdebu. Jemarinya gemetar saat menyentuh kaca, matanya panas, dan tanpa ia sadari, setetes air jatuh ke foto itu.

Referensi buku yang sukses membangun karakter kuat misalnya To Kill a Mockingbird karya Harper Lee, di mana tokoh Scout Finch berkembang sepanjang cerita dengan suara naratif yang khas.

5. Ciptakan Konflik yang Memikat

Konflik adalah bahan bakar cerita. Tanpa konflik, alur akan terasa datar dan membosankan. Konflik bisa bersifat eksternal (tokoh melawan lingkungan atau orang lain) atau internal (tokoh melawan dirinya sendiri).

Promo Diskon 50%

Promo Diskon 50%! Klik gambar di atas untuk mendapatkan diskon spesial.

Contoh: Dalam novel 1984 karya George Orwell, konflik utama terjadi antara individu (Winston) melawan kekuasaan totaliter. Sedangkan dalam The Catcher in the Rye karya J.D. Salinger, konfliknya lebih banyak terjadi dalam batin tokoh utama, Holden Caulfield.

Tips membangun konflik:

  • Pastikan konflik relevan dengan tema cerita.

  • Buatlah konflik berkembang, jangan selesai dalam satu adegan.

  • Biarkan tokoh bereaksi terhadap konflik secara alami, jangan dipaksakan.

6. Gunakan Dialog yang Bermakna

Dialog yang baik bukan sekadar obrolan biasa, tetapi harus mengandung makna, mengembangkan karakter, atau mendorong cerita maju.

Perhatikan contoh berikut:

  • Dialog yang lemah: "Hei, kamu datang? Bagaimana harimu?"

  • Dialog yang lebih kuat: "Akhirnya kamu datang. Aku sudah menunggumu sejak matahari tenggelam. Kau tahu betapa pentingnya ini, kan?"

Dalam Pride and Prejudice karya Jane Austen, dialog antara Elizabeth Bennet dan Mr. Darcy penuh dengan ketegangan dan ketajaman yang membuat hubungan mereka menarik untuk diikuti.

Itulah tiga poin berikutnya dalam "Menulis ala Fillo". Pastikan karakter hidup, konflik menarik, dan dialog bermakna agar tulisanmu semakin memikat pembaca.

Sampai jumpa di bagian selanjutnya! Tetaplah menulis, Sobat Fillo!

×
Fiksi Fillo Baru KLIK