Notification

×

Iklan

Iklan

Iklan 728x90

Pemberontak Sabuk Asteroid

Selasa, 11 Februari 2025 | Februari 11, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-02-10T21:30:34Z



Cerita Sambung

Prithvi Hamare Hai

Episode 5: Pemberontakan Sabuk Asteroid

oleh Erwinsyah Putra

Sabuk Asteroid bukan hanya sekumpulan batu yang mengorbit di antara Mars dan Jupiter.
Di antara pecahan-pecahan dunia yang tak pernah menjadi planet, terdapat kota-kota bawah tanah, terowongan yang menyala dalam kegelapan, dan kehidupan yang keras—tetapi juga bebas.

Bumi telah lama memandang Sabuk sebagai tempat buangan: bagi mereka yang terlalu liar untuk tunduk pada aturan, bagi mereka yang menolak tunduk pada Patriark. Namun, batu-batu yang mereka abaikan ini kini menjadi tempat lahirnya perlawanan baru.

***

Di dalam kapal kargo lusuh, Lady Cartine duduk di kursi sempit, mengencangkan sabuk pengaman saat getaran dari mesin manuver terasa mengguncang lambung kapal. Ia melihat keluar jendela sempit, ke luar angkasa yang gelap—dan di kejauhan, siluet Ceres mulai terlihat, koloni terbesar di Sabuk Asteroid.

Di sebelahnya, Maia mengawasi data navigasi, sedangkan Shekar hanya duduk diam, matanya menyipit penuh kehati-hatian.

"Ceres bukan sekadar tempat penambangan, Cartine," Shekar memperingatkan. "Di sini, hukum adalah apa yang ditentukan oleh mereka yang paling kuat. Para buruh tambang punya kebencian mendalam terhadap Bumi, tetapi mereka juga tidak percaya pada orang luar."

Cartine menghela napas. "Justru itu. Aku datang bukan sebagai orang luar, tapi sebagai sekutu."

Maia terkekeh, "Sekutu? Mereka takkan peduli pada niat baikmu, Cartine. Yang mereka pedulikan hanyalah apakah kita bisa memberi mereka alasan untuk bertarung."

Shekar mengangguk setuju. "Dan apakah kita bisa menjamin bahwa mereka tidak akan mengkhianati kita demi keuntungan mereka sendiri?"

Cartine menatap keduanya, suaranya rendah tetapi tajam. "Kalau begitu, kita pastikan mereka punya lebih banyak keuntungan bersama kita daripada melawan kita."

Tak lama, radio kapal berbunyi, suara kasar terdengar dari frekuensi komunikasi.

"Kargo 77, identifikasi dan kirimkan kode akses. Jika tidak, persiapkan diri untuk ditembak jatuh."

Shekar menekan tombol, suaranya tenang. "Di sini Kapten Dion. Kami membawa tamu penting. Kode akses sudah dikirim."

Beberapa detik hening. Lalu, suara lain menyela:

"Kalian sudah ditunggu."

Di depan mereka, gerbang masuk ke kota bawah tanah Ceres terbuka perlahan, mengundang mereka masuk ke jantung pemberontakan.

***

Ketika udara tipis Sabuk menyapu wajah Cartine saat mereka keluar dari kapal, ia langsung bisa merasakan perbedaan tempat ini dari Mars atau Luna. Di sini, gravitasi lebih ringan, tetapi beban di pundak para buruh tambang terasa berat.

Dinding batu hitam yang digali dengan tangan manusia menjulang di sekitar mereka, diterangi oleh cahaya lampu neon redup. Para pekerja berlalu-lalang dengan pakaian tambang yang compang-camping, wajah mereka kotor oleh debu asteroid, mata mereka penuh kewaspadaan.

Di antara mereka, berdiri seorang pria besar dengan satu mata bionik, tubuhnya berotot seperti baja, dan ekspresi yang sulit ditebak. Dia adalah Kiran Vos, pemimpin de facto pemberontak Sabuk.

"Jadi ini Lady Cartine?" suaranya dalam, hampir seperti gemuruh asteroid yang bertabrakan. "Aku ingin tahu, apa yang bisa diberikan seorang putri dari PBB kepada orang-orang yang telah ditinggalkan oleh semua pemerintahan?"

Cartine tidak gentar. Ia maju selangkah, menatap Kiran tanpa gentar.

"Kebebasan, Kiran. Kesempatan untuk melawan, untuk tidak lagi menjadi orang buangan."

Kiran menyipitkan mata. "Kebebasan? Kata yang bagus. Tapi di sini, kebebasan bukanlah sesuatu yang diberikan. Itu adalah sesuatu yang kita ambil."

Suasana menegang. Para pemberontak di sekitar mulai berbisik, beberapa meraba senjata mereka.

Maia melirik Shekar dengan waspada, tetapi Shekar hanya tersenyum tipis.

Cartine tetap tenang. "Aku tidak di sini untuk memberi ceramah. Aku di sini untuk menawarkan sesuatu yang lebih nyata. Mars bisa memberi kalian suplai. Aku bisa memberi kalian akses ke teknologi dan persenjataan yang selama ini hanya dimonopoli oleh Bumi."

Kiran tertawa pelan. "Dan apa jaminan bahwa kau tidak hanya akan menggunakan kami untuk ambisimu?"

Cartine menyilangkan tangannya. "Jaminannya? Kami tidak bisa menang tanpa kalian. Kalian tidak bisa menang tanpa kami. Tidak ada siapa pun yang lebih butuh satu sama lain selain kita sekarang."

Hening.

Lalu Kiran menghela napas dan tersenyum miring. "Aku suka wanita yang tahu cara berbicara. Baiklah, Cartine. Aku akan mendengar tawaranmu."

***

Di dalam ruang pertemuan gelap di bawah permukaan Ceres, peta holografik Tata Surya melayang di tengah ruangan. Cartine, Shekar, Maia, dan Kiran duduk di sekelilingnya, membahas langkah berikutnya.

Shekar menunjuk jalur suplai. "Kita harus membuka jalur distribusi di antara Sabuk, Mars, dan para pemberontak di Bumi sendiri. Jika kita bisa menyelundupkan senjata dan perbekalan, kita bisa membuat perlawanan yang lebih besar."

Maia mengangguk, "Tapi kita harus cepat. Jika Bumi mengetahui ini, mereka akan langsung mengirim armada untuk membakar Ceres habis-habisan."

Kiran tersenyum dingin. "Kalau begitu, biarkan mereka datang. Kita sudah lama menunggu kesempatan untuk membalas."

Cartine menatap mereka satu per satu. "Ini bukan lagi pertempuran kecil. Jika kita mulai ini, kita harus bersiap untuk perang yang lebih besar. Tidak akan ada jalan kembali."

Shekar menarik napas dalam. "Sudah tidak ada jalan kembali sejak lama, Cartine."

Hening menyelimuti ruangan. Keputusan telah dibuat.

Di luar, di dalam kehampaan Sabuk, sebuah perang sedang dipersiapkan.

***

Di tempat lain, jauh dari Ceres, sebuah kapal pengintai tanpa tanda panggilan mengaktifkan transmisinya.

Sebuah suara terdengar, dingin dan tanpa emosi.

"Patriark, kami punya informasi. Perlawanan telah menyebar ke Sabuk."

Jauh di Bumi, seorang pria tua dengan jubah putih tersenyum tipis.

"Sudah kuduga. Saatnya kita beraksi."

Iklan 728x90
×
Fiksi Fillo Baru KLIK