Notification

×

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Tsalats Habaat Sawda

Selasa, 11 Februari 2025 | Februari 11, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-02-28T14:51:27Z

 


Cerita Sambung

Al 'Alamul Aswad

Episode 4: Tsalats Habaat Sawda

oleh Erwinsyah Putra

Desa gempar ketika kabar itu menyebar: Jorbut bukan anak Cokgom.

Adik perempuan Cokgom, yang selama ini tinggal bersama Talmak, bersumpah bahwa ia melihat Tiop sering mengunjungi rumah mereka secara diam-diam. Isu ini berkembang liar, menjadi bisikan dari satu mulut ke mulut lainnya, mengubah kecurigaan menjadi fitnah yang membakar.

Promo Diskon 50%

Promo Diskon 50%! Klik gambar di atas untuk mendapatkan diskon spesial.

Cokgom, yang selama ini menghilang selama dua tahun sejak menikahi Talmak, kembali dengan amarah membara. Tanpa berpikir panjang, ia menyeret Tiop ke hadapan penduduk desa.

"Kau! Selama ini kau tidur dengan istriku!" Cokgom menuding Tiop di tengah kerumunan.

Tiop terkejut, namun lebih dari itu, ia terluka. "Aku tidak pernah melakukan hal semacam itu, Cokgom! Aku ke rumahmu bukan untuk Talmak, tapi untuk putriku, Anjuna!"

Para penduduk mulai berbisik-bisik. Apa hubungan antara Talmak dan Anjuna?

Tiop menarik napas panjang sebelum melanjutkan, "Talmak adalah seorang Cenayang. Ia satu-satunya yang bisa mengobati penyakit Anjuna. Aku hanya meminta bantuannya."

Namun, fitnah telah terlalu kuat mencengkeram nalar Cokgom. Ia tidak percaya. Baginya, ini hanyalah dalih seorang pria yang tertangkap basah.

***
Di tengah kekacauan itu, Talmak akhirnya berbicara.

"Cokgom… kau ingin tahu siapa ayah Jorbut?" suara Talmak terdengar getir.

Cokgom menatapnya dengan kebencian. "Katakan!"

Talmak menarik napas gemetar. "Aku tidak tahu siapa ayahnya..."

Kerumunan tersentak. Bagaimana mungkin seorang istri tidak tahu siapa ayah anaknya sendiri?

Talmak melanjutkan dengan suara bergetar, "Sebelum aku mengandung Jorbut… aku pernah mengalami mimpi yang aneh. Dalam mimpi itu, aku bercinta dengan sosok berapi, hitam, dengan mata menyala merah… Aku menganggap itu hanya bunga tidur. Tapi… setelah beberapa bulan, aku sadar aku hamil."

Desa menjadi sunyi.

Tiop terbelalak. "Talmak… Kau… Kau tidak sadar bahwa itu bukan mimpi? Kau telah bercinta dengan Raja Iblis!"

Talmak menutup wajahnya dengan kedua tangan. "Aku tidak tahu… Aku tidak tahu!"

Namun, segalanya menjadi jelas. Jorbut adalah anak Raja Iblis.

***

Sementara itu, seseorang di kerumunan tiba-tiba tertawa. Seorang lelaki tua, yang telah hidup lebih lama dari semua yang ada di sana, menatap Cokgom dengan tatapan tajam.

"Kau menuduh Tiop? Hah! Kau sendiri penuh dengan kebohongan!"

Cokgom menegang.

"Kemana kau selama dua tahun setelah menikahi Talmak? Mengapa kau baru kembali saat Jorbut sudah lahir?" tanya lelaki tua itu.

Kerumunan kembali gaduh. Cokgom berkeringat dingin.

"Karena Cokgom punya istri lain di Pulau Sebelah!" suara itu bergema.

Semua orang terkejut. Nama itu pun disebut: Bulut.

Darah Cokgom berdesir.

"Bulut… sedang hamil tua sekarang, bukan? Dan kau membutuhkan banyak uang untuk persalinannya. Itulah sebabnya kau ingin menyingkirkan Jorbut. Kau tak ingin anak dari Talmak mewarisi hartamu!"

Cokgom terdiam. Rahasianya telah terbongkar.

Ia menikahi Talmak demi harta, bukan cinta. Dan selama dua tahun, ia menghilang untuk tinggal bersama Bulut di pulau sebelah. Kini, saat ia membutuhkan uang, ia kembali dan mencoba menyingkirkan Jorbut.

***

Namun sebelum siapapun bisa berkata lebih banyak, tiga kekuatan jahat bangkit secara bersamaan. Tetlom tiba-tiba bangkit dengan tatapan kosong. Matanya bersinar merah, mulutnya berbisik dalam bahasa yang tak dipahami manusia. Anjuna jatuh tersungkur, tubuhnya gemetar hebat, sementara bayangan gelap melingkupi tubuhnya. Jorbut, yang selama ini diam, kini tersenyum. Tapi bukan senyuman anak kecil, melainkan senyuman iblis.

Raja Iblis tidak hanya ada di satu tubuh. Ia kini memiliki tiga tubuh manusia.

Desa diliputi ketakutan.

Tiop menjerit memeluk Anjuna, namun tubuh putrinya dingin, seakan nyawanya telah tergantikan. Cokgom pun mundur, ngeri melihat anak yang ia benci kini berubah menjadi sosok mengerikan.

Jorbut menatap ayahnya dengan senyum tajam.

"Ayah…?" panggilnya pelan.

Cokgom menelan ludah, tubuhnya bergetar.

"Apa kau ingin aku menghilang?"

Cokgom tak bisa menjawab. Namun, sebelum ia bisa mengucapkan sesuatu, Jorbut bergerak.

Tangannya mencengkeram wajah Cokgom, dan seketika tubuhnya terasa terbakar dari dalam.

Seketika, Cokgom menjerit kesakitan.

Tapi bukan hanya Cokgom. Talmak juga menjerit.

Mata Talmak melebar, dan tubuhnya kejang-kejang. Ia menyadari sesuatu yang mengerikan.

"Kutukan ini… Ini belum berakhir…!" suaranya terdengar putus asa.

Raja Iblis kini tidak hanya memiliki satu wadah. Ia memiliki tiga. Dan malam ini, ia akan mengambil satu tubuh lagi.

Siapa yang akan menjadi korban berikutnya?

***

Hening mencekam rumah tua tempat Talmak biasa melakukan pengobatan. Lilin-lilin berkelap-kelip, seolah enggan bertahan dari angin yang tak berhembus. Tiop duduk bersila di sudut ruangan, matanya waspada. Di hadapannya, Anjuna dan Tetlom duduk dengan mata terpejam, napas mereka berat. Talmak, perempuan cenayang yang terkenal di desa, bersila di tengah ruangan, menghadap mereka.

Perlahan, ruangan terasa lebih dingin. Tiop menggigil, bukan karena suhu, melainkan aura gelap yang mulai memenuhi tempat itu. Mata Tetlom terbuka, merah menyala. Ia menoleh ke arah Anjuna yang tubuhnya mulai gemetar.

“Waktunya tiba,” suara Tetlom bukan lagi miliknya. Itu suara yang dalam, berat, dan menggelegar.

Talmak mengerutkan kening. “Aku tahu kau bukan Tetlom. Kembalilah ke tempatmu!”

Raja Iblis yang merasuk dalam tubuh Tetlom tertawa. “Aku hanya mencari penerus. Jorbut terlalu lemah untukku. Tapi gadis ini...,” ujarnya seraya menatap Anjuna, “ia sempurna.”

Tiop tersentak. “Apa maksudmu? Anjuna tak ada hubungannya dengan semua ini!”

Talmak mengangkat tangannya, mencoba menahan energi gelap yang berputar di sekitar Anjuna. Namun, sesaat kemudian, tubuhnya tersentak ke belakang. Mulutnya terbuka, dan dari dalamnya keluar cairan hitam pekat. Matanya memutih, tubuhnya terjerembap ke lantai.

Tiop berteriak, meraih tubuh Talmak, tapi ia sudah tak bernyawa.

Anjuna yang masih gemetar membuka matanya perlahan. “Talmak... dia sudah pergi.”

Tetlom menggeram. Raja Iblis yang ada dalam dirinya mulai kehilangan kendali. Tanpa sadar, ia berteriak, tubuhnya kejang, dan dari dalam mulutnya keluar asap hitam pekat. Raja Iblis akhirnya terhempas keluar dari tubuhnya. Tetlom tersungkur, tubuhnya gemetar. Anjuna pun lemas dan jatuh ke pelukan Tiop.

Kesunyian menggantung di ruangan itu. Tiop, dengan tangan gemetar, mengusap rambut putrinya. Ia tak tahu apa yang harus dilakukan. Tetlom terengah-engah, menatap tangannya sendiri dengan ekspresi horor. Ia baru menyadari bahwa selama ini ia hanya wadah bagi sesuatu yang jauh lebih besar dari dirinya sendiri.

Tanpa berpikir panjang, Tetlom berlari keluar, menuju Hutan Krishitang, tempat Pintu Alam Lain berada.

***

Kabar kematian Talmak tersebar luas, sampai ke pulau seberang. Cokgom, yang selama ini menghilang, akhirnya kembali ke desa. Rasa malu yang ia tinggalkan selama dua tahun terakhir masih terasa berat. Namun, ia tak bisa membiarkan istrinya pergi tanpa melihatnya untuk terakhir kali.

Di tengah perjalanan menuju desa, ia bertemu dengan Tetlom. Mata mereka bertemu, dan dalam sekejap, Cokgom sudah menyerang. Tinju pertama menghantam perut Tetlom, membuatnya terhuyung mundur. Tetlom mencoba melawan, tapi anehnya, kekuatannya lenyap begitu saja. Cokgom dengan mudahnya meremukkan tubuh Tetlom.

Tetlom jatuh tersungkur. Napasnya memburu, darah merembes dari mulutnya. Ia menatap Cokgom dengan heran. “Kenapa... aku... begitu lemah?”

Promo Diskon 50%

Promo Diskon 50%! Klik gambar di atas untuk mendapatkan diskon spesial.

Cokgom hanya tersenyum. Tatapannya kosong. Ia berjongkok, mendekati telinga Tetlom, dan berbisik, “Karena aku bukan lagi Cokgom.”

Tatapan Tetlom membelalak. Sesaat kemudian, napasnya berhenti. Tubuhnya kaku, tak bergerak.

Cokgom berdiri, menghela napas, lalu melanjutkan langkahnya menuju desa.

***

Anjuna duduk di beranda rumah, menatap ke arah jalanan desa. Matanya kosong, pikirannya melayang. Tiop berdiri di belakangnya, menggenggam bahunya dengan lembut.

Tiba-tiba, tubuh Anjuna menegang. Matanya menatap lurus ke depan, dan dalam hitungan detik, ia kembali cenayang. Ia melihat sosok Cokgom mendekati desa, namun yang dilihatnya bukan manusia.

Ia melihat bayangan Raja Iblis yang bersemayam dalam tubuh Cokgom. Ia tahu, bencana baru akan segera datang.

Ia menoleh ke arah ayahnya, matanya berkaca-kaca. “Ayah... biarkan aku menyelesaikan ini. Jangan tahan aku.”

Tiop menggeleng, air matanya mulai jatuh. “Tidak, Anjuna. Kau tidak bisa!”

Anjuna tersenyum tipis. “Jika aku tidak bisa, maka tidak ada yang bisa, Ayah.”

Angin bertiup lebih kencang. Jarak antara Cokgom dan desa semakin dekat. Perjalanan menuju akhir yang lebih kelam pun dimulai.

×
Fiksi Fillo Baru KLIK