Cerita Sambung
Indonesia (Jadi) Emas
Oleh Erwinsyah Putra
Episode 8: Ancaman Kudeta Kotor
Malam itu, langit Jakarta tampak kelam. Hujan rintik-rintik menambah kesan muram di istana. Arga berdiri di balkon, menatap ke kejauhan. Dia tahu, perlawanan belum berakhir. Justru, lawan-lawannya akan semakin ganas.
Di ruangan rapat, Nadira datang dengan wajah tegang.
"Pak, ini darurat. Kami mendapatkan laporan bahwa ada rencana menggulingkan Anda."
Rahmat menimpali dengan nada serius.
"Kami mendeteksi ada pertemuan rahasia antara beberapa jenderal, taipan bisnis, dan perwakilan dari kedutaan asing. Mereka sedang menyusun strategi agar Anda turun dari kursi Presiden."
Arga menghela napas. Dia tahu, ini pasti terjadi.
"Bagaimana cara mereka melakukannya?"
"Pertama, mereka akan memicu krisis sosial—demonstrasi besar-besaran, pemogokan buruh, dan kelangkaan barang secara artifisial. Lalu, mereka akan memanfaatkan mosi tidak percaya di DPR untuk melengserkan Anda secara sah. Jika itu gagal, mereka akan menggunakan militer."
Nadira menyodorkan dokumen lain.
"Dan lebih buruknya lagi, mereka sudah menyebarkan isu bahwa Anda adalah diktator yang ingin menguasai ekonomi untuk kepentingan pribadi."
Arga tersenyum tipis. "Menarik... mereka berpikir bisa menumbangkan kita dengan propaganda klasik."
Gerakan Rakyat vs. Kudeta Oligarki
Namun, Arga tidak tinggal diam.
Gerakan Massa
Dalam waktu singkat, timnya menggerakkan komunitas akar rumput. Petani, buruh, pedagang kecil—semua yang telah merasakan manfaat dari GRp mulai bersuara.- "Kami tidak butuh dolar! Kami punya GRp!"
- "Rakyat tidak akan membiarkan oligarki kembali berkuasa!"
Media sosial dibanjiri oleh suara-suara rakyat.
Manuver Politik
Di DPR, Arga menginstruksikan loyalisnya untuk mengungkap dugaan keterlibatan beberapa anggota parlemen dalam konspirasi ini.-"Kenapa mereka menolak GRp? Karena mereka adalah antek asing!"
Skandal mulai terbuka. Beberapa politisi terpaksa mundur setelah rekening rahasia mereka di luar negeri terungkap.
Strategi Militer
Rahmat bergerak cepat. Dalam hitungan hari, ia mengonsolidasikan dukungan di tubuh militer.- "Kami setia pada negara dan rakyat, bukan kepada para oligarki!"
Dukungan tentara membuat lawan-lawannya berpikir ulang sebelum melakukan kudeta.
Namun, mereka tidak akan menyerah begitu saja.
Di sebuah ruangan gelap, Surya menyalakan cerutunya. Matanya menyala penuh dendam.
"Baiklah. Kalau mereka ingin perang... kita beri mereka perang."
Bersambung ke Episode 9