Notification

×

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Emas dalam Transaksi (Ep. 18)

Rabu, 12 Maret 2025 | Maret 12, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-03-12T08:43:53Z

 


Cerita Sambung

Indonesia (Jadi) Emas

Oleh Erwinsyah Putra

Episode 18: Emas dalam Transaksi

Langit Jakarta sore itu berwarna jingga ketika Arga tiba di Universitas Indonesia untuk menghadiri diskusi panel tentang keamanan Golden Rupiah (GRp). Di dalam auditorium, ratusan mahasiswa dan pakar ekonomi duduk dengan penuh perhatian, siap mendengar argumen mengenai apakah emas benar-benar bisa menjadi mata uang yang aman dari pencurian, pemalsuan, atau penyusutan nilai.

Di podium, seorang skeptis bernama Dr. Damar—seorang ekonom senior yang masih memegang teguh sistem fiat—mengajukan pertanyaan tajam.

"Emas bisa dicuri, bisa dipalsukan, bisa dikurangi kadarnya. Bagaimana Anda menjamin GRp benar-benar aman?"

1. Keamanan Digital & Fisik: Emas Tak Bisa Dicuri Sembarangan

Arga melangkah maju, tersenyum.

"Banyak yang berpikir bahwa emas itu harus disimpan dalam bentuk batangan di rumah atau dibawa-bawa seperti zaman kerajaan kuno. Tapi kita hidup di era digital. GRp berbasis emas, tapi penggunaannya tetap digital, seperti e-wallet yang kita gunakan sekarang."

Ia lalu menunjuk layar yang menunjukkan sistem "Digital Gold Ledger", teknologi blockchain yang diterapkan pada GRp.

"Seluruh transaksi tercatat dengan teknologi enkripsi tingkat tinggi. Setiap gram emas dalam sistem memiliki nomor unik yang tidak bisa dipalsukan. Bahkan jika seseorang mencuri ponsel Anda, mereka tetap tidak bisa mengakses GRp tanpa identifikasi biometrik."

Seorang mahasiswa ekonomi mengangkat tangan. "Tapi bagaimana dengan emas fisik yang disimpan oleh negara? Apakah ada risiko perampokan besar-besaran?"

"Sama seperti cadangan emas di bank sentral dunia, emas fisik GRp disimpan dalam brankas tingkat tinggi dengan sistem pengamanan militer. Jika ada yang mencoba merampoknya, itu sama saja seperti menyerang bank sentral—hampir mustahil," jelas Arga.

2. Pemalsuan Emas? Tidak Semudah Itu!

Seorang pengusaha perhiasan bernama Pak Dedy ikut bertanya. "Bagaimana jika ada yang mencoba mencampur emas dengan logam lain dan menjualnya ke sistem GRp?"

Nadira, pakar dari Bank Indonesia, menjelaskan.

"Sebelum emas masuk ke sistem, harus melalui sertifikasi dan pengujian ketat menggunakan teknologi X-ray Fluorescence dan spektrometri massa. Pemalsuan emas dalam sistem ini hampir tidak mungkin dilakukan, karena kadar dan nomor registrasi emas terintegrasi dalam blockchain."

Pak Dedy tersenyum. "Berarti, tidak ada celah bagi orang untuk merusak sistem dengan emas palsu?"

"Betul sekali," jawab Nadira.

3. Mengurangi Kadar Emas? Dulu Bisa, Sekarang Tidak!

Dr. Damar mencoba menyerang lagi. "Tapi di masa lalu, raja-raja mengurangi kadar emas dalam koin mereka untuk mengurangi biaya. Bagaimana Anda memastikan hal itu tidak terjadi di GRp?"

Arga tertawa kecil. "Justru itulah keunggulan teknologi kita saat ini. Tidak ada penguasa yang bisa ‘mencetak’ GRp lebih banyak tanpa menambah cadangan emasnya. Semua transparan di blockchain. Pemerintah pun tidak bisa seenaknya menambah jumlah uang beredar. Tidak seperti fiat yang bisa dicetak sebanyak keinginan."

***

Sesi diskusi itu berlangsung seru, tetapi pada akhirnya, banyak peserta mulai memahami bahwa semua kekhawatiran tentang emas sebagai alat pembayaran sudah terjawab dengan teknologi modern.

Seorang mahasiswa akhirnya berkata, "Jadi selama ini kita takut emas tidak aman, padahal yang lebih tidak aman justru uang kertas kita sendiri yang nilainya turun setiap tahun?"

Arga tersenyum. "Tepat sekali."

Di akhir acara, mayoritas peserta setuju: Golden Rupiah bukan hanya mungkin, tapi juga jauh lebih aman dan stabil dibanding uang fiat.

Bersambung ke Episode 19

×
Berita Terbaru Update