(Cerita Sambung: Indonesia (Jadi) Emas Episode 20)
Mentari pagi menyinari Pasar Johar, Semarang. Hiruk-pikuk pedagang dan pembeli mewarnai suasana. Di tengah lapak-lapak yang dipenuhi hasil bumi, seorang ibu paruh baya bernama Bu Rini tersenyum puas. Sejak penggunaan Golden Rupiah (GRp) semakin luas, penghasilannya meningkat drastis.
"Dulu, harga bahan baku naik terus karena rupiah melemah. Sekarang, dengan GRp, harga lebih stabil. Saya bisa menyimpan nilai uang saya tanpa takut besok harganya anjlok!" ujar Bu Rini kepada pelanggan setianya.
"Dulu tiap tahun harga barang naik terus, kami selalu khawatir. Sekarang harga lebih stabil, karena GRp didukung emas. Ini pertama kalinya dalam hidup saya, uang saya tidak kehilangan nilainya!" kata Pak Darto, seorang pedagang tempe.
Arga, yang kebetulan sedang melakukan kunjungan ke pasar tradisional, menimpali, "Karena GRp berbasis emas, nilai intrinsiknya tetap terjaga. Tidak ada lagi pencetakan uang seenaknya yang menyebabkan inflasi tinggi."
Arga tersenyum. "Itulah mengapa kita memperkenalkan sistem kredit berbasis GRp tanpa riba. Modal usaha bisa diberikan dengan sistem bagi hasil yang adil, bukan bunga yang terus menumpuk."
"Jadi, saya bisa pinjam modal tanpa khawatir dikejar utang?" tanya Mbak Siti.
"Betul. Pemerintah bekerja sama dengan koperasi syariah dan bank GRp untuk memberi modal kepada UMKM tanpa merugikan mereka dengan sistem bunga yang tak terkendali," jelas Arga.
"Sekarang saya bisa langsung menjual hasil panen ke pembeli di kota tanpa dipermainkan tengkulak," kata Pak Tono, seorang petani jagung.
Arga menggeleng. "Tidak. GRp bisa dalam bentuk digital untuk transaksi sehari-hari. Namun, kalau Anda ingin mengonversinya ke emas fisik, Anda bisa melakukannya kapan saja di bank GRp atau agen terdaftar."
Seorang pedagang sayur tersenyum. "Akhirnya, kita tidak lagi jadi korban permainan ekonomi global. Dengan GRp, kita yang menentukan nasib kita sendiri."
Bersambung ke Episode 21