Notification

×

Iklan

LOGO FILLO

KIRIM TULISAN 15

FILLO 2S UP SPECIAL

AHS DISKON UP ALL

FILLO 1S UP SPECIAL

Pelajaran yang Mengejutkan (Indonesia (Jadi) Emas Ep. 25)

Minggu, 16 Maret 2025 | Maret 16, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-03-16T00:16:30Z

  


Episode 25: Pelajaran yang Mengejutkan

SMA Negeri 17, Kelas XII IPS

Jam pelajaran Sosiologi baru saja dimulai. Bu Serly, seorang guru yang dikenal berwawasan luas, berdiri di depan kelas. Wanita berusia awal 40-an itu mengenakan blazer biru tua dengan rok hitam, rambut sebahunya diselipkan rapi ke belakang telinga. Ia bukan sekadar pengajar biasa—suara lembutnya mampu menarik perhatian siswa tanpa perlu mengangkat nada bicara.

Di dalam kelas, sekitar 30 siswa duduk di meja-meja kayu yang tertata rapi. Di sudut belakang, seorang siswa bernama Rehan terlihat bersandar malas di kursinya. Alya, gadis berkacamata dengan hobi membaca, sudah siap dengan catatannya. Doni, yang sering dianggap paling kritis di kelas, duduk dengan tangan terlipat, ekspresi skeptisnya sudah terlihat sejak awal.

"Hari ini, kita akan membahas sesuatu yang tidak ada di buku pelajaran ekonomi kalian," kata Bu Serly sambil menulis di papan tulis:

"UANG FIAT & KEHANCURAN EKONOMI"

Seisi kelas langsung berbisik-bisik. Beberapa murid saling menoleh dengan wajah penuh tanda tanya.

"Tunggu, Bu," Rehan mengangkat tangan. "Bukannya uang itu cuma alat tukar? Kenapa bisa menghancurkan ekonomi?"

Bu Serly tersenyum. "Pertanyaan bagus. Siapa di sini yang tahu bagaimana uang pertama kali diciptakan?"

Beberapa murid mengangkat tangan, tapi Alya lebih dulu menjawab, "Awalnya barter, lalu emas dan perak digunakan sebagai uang."

"Betul," Bu Serly mengangguk. "Dulu, uang memiliki nilai intrinsik karena berbahan logam mulia. Tapi sekarang, uang kertas yang kalian gunakan itu tidak lebih dari… kertas kosong dengan angka di atasnya."

***

Bu Serly melanjutkan penjelasannya, "Konsep uang fiat pertama kali dipopulerkan oleh Amerika Serikat, terutama setelah Perang Dunia II. Sebelumnya, uang dolar AS masih berbasis emas—artinya setiap dolar bisa ditukar dengan emas di bank."

Ia menggambar di papan tulis:

1944 - Bretton Woods Agreement
1971 - Nixon Shock: Dolar lepas dari emas

"Di tahun 1971, Presiden AS, Richard Nixon, secara sepihak menghapus standar emas. Ini disebut Nixon Shock. Sejak saat itu, dolar AS tidak lagi memiliki cadangan emas. Mereka bisa mencetak uang sesuka hati."

Doni mengangkat tangan, "Jadi, uang yang kita pakai sekarang tidak ada nilainya?"

"Persis," jawab Bu Serly. "Nilainya hanya karena pemerintah bilang begitu. Dan karena semua negara ikut memakai sistem ini, kita semua terjebak dalam ilusi uang."

***

Rehan, yang biasanya cuek, kini mulai tertarik. "Tapi Bu, kalau uang bisa dicetak kapan saja, kenapa negara tetap berutang?"

Bu Serly tersenyum. "Sekarang kamu masuk ke bagian yang paling menarik."

Ia menggambar diagram sederhana di papan:

➡️ Negara butuh uang → Pinjam dari luar negeri → Harus bayar bunga
➡️ Tidak cukup uang → Cetak lebih banyak uang → Inflasi meningkat
➡️ Harga naik, daya beli turun → Rakyat yang menderita

"Sederhananya, saat negara butuh dana, mereka berutang ke luar negeri, seperti ke World Bank atau IMF. Tapi untuk membayar utang itu, mereka mencetak lebih banyak uang. Ini yang menyebabkan inflasi—harga-harga naik, sementara daya beli masyarakat menurun."

Alya mengerutkan dahi. "Jadi, negara seperti masuk lingkaran setan?"

"Tepat sekali."

Doni menambahkan, "Kalau begitu, berarti semakin besar utang kita, semakin banyak uang yang harus dicetak, dan semakin miskin rakyatnya?"

Bu Serly mengangguk. "Dan itulah yang terjadi di banyak negara, termasuk Indonesia dulu. Itulah mengapa kita sekarang beralih ke GRp berbasis emas. Supaya uang kita punya nilai nyata."

***

Seisi kelas kini benar-benar terdiam. Rehan, yang biasanya suka bercanda, tampak berpikir keras.

"Bu, ini berarti sistem fiat itu bohong besar, ya?" tanya Rehan dengan nada tak percaya.

"Bukan bohong," jawab Bu Serly, "Tapi sistem yang dirancang agar negara-negara berkembang terus bergantung pada negara kuat yang mengendalikan mata uang dunia."

Doni menatap tajam ke depan. "Jadi, kita ini selama ini dijajah lewat ekonomi?"

Bu Serly menatap siswanya satu per satu. "Dan itu sebabnya, pemahaman ekonomi harus diperbaiki. Jika kita tahu bagaimana sistem bekerja, kita tidak akan mudah tertipu."

***

Bel tanda akhir pelajaran berbunyi, tapi tidak ada yang beranjak. Semua masih terhanyut dalam diskusi yang menggugah pikiran ini.

Rehan, Alya, dan Doni saling berpandangan. Hari ini, sesuatu dalam diri mereka berubah.

Sebelum meninggalkan kelas, Doni berkata pelan, "Bu, saya nggak akan lihat uang dengan cara yang sama lagi."

Bu Serly tersenyum puas. "Itu artinya, kamu sudah mulai berpikir sendiri. Itu langkah pertama menuju kebebasan ekonomi." 

Oleh Erwinsyah Putra

Bersambung ke episode 26

×
Fiksi Fillo Baru KLIK