Notification

×

Iklan

LOGO FILLO

KIRIM TULISAN 1S

FILLO 2S UP SPECIAL

AHS DISKON UP ALL

FILLO 1S UP SPECIAL

Puasa di Negara ini Butuh Tekad yang Kuat, Cek Negara Mana saja.

Minggu, 16 Maret 2025 | Maret 16, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-03-16T16:18:07Z

 

(Artikel-Fillo Magz) Memasuki bulan Ramadan 1446 H, umat Muslim di seluruh dunia kembali menjalankan ibadah puasa dengan durasi yang berbeda-beda. Perbedaan ini terjadi karena berbagai faktor, termasuk letak geografis, kemiringan sumbu bumi, dan musim yang sedang berlangsung di setiap negara.

Menurut data yang dihimpun dari The Guardian (guardian.co.uk), beberapa negara mengalami durasi puasa yang sangat panjang, terutama di wilayah-wilayah yang mendekati Lingkar Arktik. Negara-negara seperti Nuuk di Greenland, Reykjavik di Islandia, Helsinki di Finlandia, Oslo di Norwegia, dan Berlin di Jerman mengalami durasi puasa antara 15 hingga 16 jam. Seorang warga di Reykjavik, Islandia, bernama Hjalmar, mengatakan kepada BBC, "Kami sudah terbiasa menjalani puasa panjang setiap tahun. Kuncinya adalah menjaga hidrasi dan istirahat yang cukup." (bbc.com). Ahli astronomi dari Universitas Islandia, Dr. Erik Thor, menjelaskan kepada National Geographic, "Fenomena ini disebabkan oleh kemiringan sumbu bumi yang membuat matahari tetap berada di atas atau dekat dengan cakrawala selama musim panas. Ini memperpanjang waktu siang dan memperpendek waktu malam." (nationalgeographic.com).

Di sisi lain, negara-negara yang berada di belahan bumi selatan mengalami durasi puasa yang lebih singkat. Beberapa di antaranya adalah Santiago di Chili, Ciudad del Este di Paraguay, Buenos Aires di Argentina, Cape Town di Afrika Selatan, dan Canberra di Australia dengan durasi puasa sekitar 10 hingga 12 jam. Alejandro, seorang mahasiswa Muslim di Santiago, Chili, mengungkapkan kepada Al Jazeera, "Puasa di sini cukup mudah dibandingkan dengan negara lain. Namun, tantangan terbesar adalah menjadi minoritas Muslim di lingkungan yang tidak selalu memahami budaya kami." (aljazeera.com). Dr. Maria López, seorang klimatolog dari Universitas Chili, menambahkan dalam wawancaranya dengan CNN, "Durasi puasa yang lebih pendek di kawasan ini disebabkan oleh posisi matahari yang lebih rendah di langit selama musim gugur dan musim dingin. Ini menciptakan waktu malam yang lebih panjang dibandingkan siang." (cnn.com).

Sementara itu, di Indonesia durasi puasa rata-rata sekitar 13 jam. "Kami di Indonesia tergolong beruntung karena durasi puasa tidak terlalu panjang ataupun terlalu pendek," kata Ustaz Ahmad Farid dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam sebuah wawancara dengan Republika. "Namun, yang terpenting bukanlah panjang atau pendeknya waktu puasa, melainkan bagaimana kita menjalani ibadah tersebut dengan penuh keikhlasan." (republika.co.id).

Perbedaan durasi puasa di seluruh dunia merupakan fenomena alam yang menunjukkan keberagaman pengalaman umat Muslim dalam menjalankan ibadah Ramadan. Dengan berbagai tantangan yang berbeda, umat Islam tetap berusaha menjalani puasa dengan sebaik-baiknya. (Win Allizwell).


×
UKM-WKSB Peduli Korban Banjir Sidimpuan (14/03/25) DONASI YOK