Cerita SambungIndonesia (Jadi) Emas
Oleh Erwinsyah Putra
Episode 3: Tekanan Global dan Manuver Diplomasi
Ketika pagi menjelang, dunia sudah geger. Pengumuman transisi Indonesia ke Golden Rupiah (GRp) menggetarkan pasar keuangan global. Mata uang fiat mengalami gejolak, sementara harga emas melonjak. Berbagai negara mulai menyusun strategi untuk merespons langkah berani Indonesia.
Di Gedung Putih, pertemuan darurat diadakan antara Presiden Amerika Serikat dan para penasihat ekonominya. "Jika kita biarkan ini terus berlanjut, negara lain akan mengikuti langkah Indonesia. Ini bisa mengakhiri dominasi dolar dalam perdagangan global," ujar Menteri Keuangan AS dengan nada serius.
Sementara itu, di Uni Eropa, para pemimpin negara juga mulai cemas. "Jika GRp sukses, ini akan menjadi pukulan telak bagi sistem perbankan global yang selama ini kita kendalikan," ujar seorang pejabat tinggi Bank Sentral Eropa.
Di Indonesia, tekanan internasional mulai terasa. Investor asing menarik dana mereka dari pasar modal, menyebabkan indeks saham Jakarta turun tajam. Nilai ekspor utama seperti minyak sawit dan nikel terancam dikenakan tarif lebih tinggi oleh negara-negara mitra dagang yang merasa dirugikan.
Namun, Arga dan timnya sudah siap. Menteri Luar Negeri, Darmawan Siregar, segera melancarkan diplomasi strategis. Indonesia mulai menjalin aliansi dengan negara-negara yang juga skeptis terhadap dolar, seperti Rusia, China, dan beberapa negara Timur Tengah.
"Kita akan menawarkan mereka sistem perdagangan berbasis emas. Mereka bisa menggunakan GRp untuk membeli komoditas dari kita, tanpa harus bergantung pada dolar," jelas Darmawan dalam rapat kabinet.
Sementara itu, Bank Indonesia bergerak cepat. Untuk meredam gejolak pasar, mereka mempercepat distribusi GRp dalam perekonomian domestik. Bank-bank nasional diwajibkan mengonversi sebagian cadangan mereka ke emas untuk menjamin stabilitas.
Di dalam negeri, perlawanan dari oligarki keuangan semakin kuat. Beberapa bank besar mencoba menghambat transisi dengan menolak memproses transaksi berbasis GRp. Namun, langkah tegas pemerintah segera diambil: perbankan yang tidak mau beradaptasi akan kehilangan izin operasionalnya.
Di malam yang sama, Arga kembali mendapat laporan dari intelijen. "Pak Presiden, ada indikasi bahwa beberapa negara akan memberikan sanksi ekonomi terhadap kita. Mereka ingin memblokade perdagangan kita."
Arga tersenyum tipis. "Mereka lupa satu hal. Indonesia adalah negara dengan sumber daya alam yang sangat dibutuhkan dunia. Mereka bisa mencoba menekan kita, tapi mereka tidak bisa hidup tanpa kita."
Dalam hitungan hari, strategi baru disusun. Indonesia akan mempercepat digitalisasi GRp agar dapat digunakan dalam transaksi internasional dengan negara-negara sahabat. Selain itu, perjanjian perdagangan bilateral mulai disusun, di mana GRp akan diterima sebagai alat pembayaran untuk berbagai komoditas strategis.
Pertempuran ini baru saja dimulai, dan Arga tahu bahwa langkah selanjutnya akan menentukan masa depan ekonomi dunia.
Bersambung ke Episode 4...